Emak Ingin Naik Haji, Impian Seorang Ibu -->

Advertisement

Banner Iklan Sariksa

Emak Ingin Naik Haji, Impian Seorang Ibu

9 Apr 2010

Asma Nadia merupakan nama pena dari Asmarani Rosalba, telah terlihat bakatnya sejak kecil. Sang kakak, Helvy Tiana Rosa menggambarkan sosok sang adik -Asma Nadia- dalam sebuah cerpen Pelajaran Tekad dari Rani Kecil diterbitkan dalam sebuah buku kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji, terbitan Asma Nadia Publishing House. Cerpen yang mengulas tekad seorang penulis sukses, Asma Nadia itu, yang tidak pernah menyerah dengan keadaan.
Salah satu cerpennya yang cukup fenomenal yang diangkat ke layar lebar adalah cerpen yang berjudul Emak Ingin Naik Haji garapan Aditya Gumay. Aditya-yang telah sukses menggarap film Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku-tertarik mengangkat cerpen tersebut ke layar lebar, setelah ia membacanya pada pertengahan 2008 dari sebuah majalah yang terbit 2007. Padahal cerpen tersebut sangat singkat, dan tidak lebih dari 12 ribu karakter saja. Tapi, mampu dikembangkan menjadi sebuah film.
Emak Ingin Naik Haji bercerita tentang Emak, seorang wanita paruh baya yang dengan gigih berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya, yaitu pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan haji. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau pesanan orang. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anak Emak satu-satunya yang berjualan lukisan keliling hasil karyanya sendiri.
Walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa. Dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak tersebut, juga berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan orangtuanya.
Cerpen ini mengangkat berbagai nilai kehidupan; kegigihan, ketulusan, kasih sayang, semangat berbagi, berserah diri, dan berbagai nilai indah lainnya yang mungkin saja terlupakan oleh sebagian besar dari kita. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup ber-kecukupan dan dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji.
Emak adalah representasi dari kelompok masyarakat yang sangat merindukan Makkah, tetapi karena persoalan finansial, maka pergi haji menjadi sebuah hal yang sangat jauh di awang-awang. Sementara Juragan Haji bersama keluarganya, dipaparkan dalam cerpen tersebut dengan penuh kemudahan dapat melakukan ibadah haji dan umroh kapan saja mereka inginkan. Dalam buku kumpulan cerpen setebal 210 halaman ini, Asma membuat selang-seling antara cerpen kritik sosial dan kisah cinta. Sesudah ‘’Emak Ingin Naik Haji’’ adalah ‘’Cinta Begitu Senja’’ yang bikin kita gregetan. Selanjutnya cerpen ‘’Koran’’, yang ditata sedemikian rupa runutnya, jadi terkesan memang sudah diatur begitu. Si tokoh mulanya getol banget baca surat kabar, katanya dengan koran ia bisa jadi pintar. Lama-lama si tokoh muak, soalnya berita-berita buruk terus yang disuguhkan, dan itu menyangkut orang-orang terdekatnya. Sampai-sampai ia fobia sama koran.