MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL
Sejarah mencatat
peran mahasiswa dalam fungsinya sebagai agent of change dan social
control dalam kehidupan bermasyarakat, menempatkan mahasiswa sebagai
basis intelektual menuju masa depan yang cerah. Peran mahasiswa yang
realistis dalam berbangsa dan bernegara telah terukir dalam sejarah
Indonesia. Pada Tahun 1966, mahasiswa dengan jiwa mudanya mampu
menggulingkan Soekarnao (Orde Lama) Otoritarianisme negara berupa
pengangkatan Soekarnao sebagai Presiden seumur hidup dapat ditolak.
Berlanjut pada tahun 1998 dengan pergerakan yang sistematis dan
teroganizir mahasiswa bersama Tokoh-
Tokoh masyarakat mampu menggulingkan rezim Soeharto (1998) yang akhirnya mengundurkan diri sebagai dari kursi kepresidenan. Kampus tempat lahirnya para aktivis, intelektual, dan pempimpin masa depan telah memberikan perannya yang strategis di tengah masyarakat.
Tokoh masyarakat mampu menggulingkan rezim Soeharto (1998) yang akhirnya mengundurkan diri sebagai dari kursi kepresidenan. Kampus tempat lahirnya para aktivis, intelektual, dan pempimpin masa depan telah memberikan perannya yang strategis di tengah masyarakat.
Seiring
berjalannya waktu peran mahasiswa dilemahkan oleh sistem yang terjadi
di kampus itu sendiri, pengrusak moral, anarkisme, dan kurangnya
eksistensi mahasiswa menjadi symbol yang ada pada mahasiswa. Kedaan itu
tak dapat dinafikan dari dunia kampus, yang teridri dari berbagai
golongan, budaya dan elemen masyarakat. Mengedepankan pendididkan sains
dan teknlogi merupakan ciri yang ada pada perguruan tinggi swasta maupun
negeri yang ada pada saat ini. Ketimpangan pun terjadi ketika
kecerdasan intelektual tidak didukung dengan kecerdasan emosional dan
spiritual yang memadai. Sebuah penelitian pada salah seorang instruktur
lembaga terkemuka di Singapura memberikan fakta baru tentang sintem
pendidikan formal, dimana 90% dari waktu dan biaya yang diarahkan untuk
mendapatkan fakta-fakta dan hitungan matematis, hanya 10% untuk
mengembangkan sikap, kemudian Universitas Harvard yang Nomor wahid di
dunia pun mengugngkapkan bahwa 85% yang menentukan kesuksesan, ketapatan
keputusan, promosi jabatan dan lain-lain ditentukan oleh sikap-sikap
seseorang. Hanya 15% yang ditentukan oleh kehalian atau komptensi tehnis
yang dimilikinya, yang justru mempengaruhi 85% keberhasilan kita.
Terlepas dari semua itu Mahasiswa sebagai mata air yang mengaplikasikan
paradigma kampus sebagai center of excellence (Pusat Keunggulan),
sehingga tanggung jawab mahasiswa di tengah masyarakat selalu
dipertanyakan. Sebagai mata air yang mengaliri sungai dengan basis
intelektualnya, mahasiswa dihadapkan dengan dinamika masyarakat. Tak
ubahnya sebuah negara mahasiswa pun sebagai student governance
(Pemerintahan Mahasiswa) dengan organisasi baik internal maupun external
mahasiswa mampu beridiri diatas kaki sendiri. Kesemuanya itu merupakan
pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat yang sesuai dengan
fungsi-fungsinya.