Kata 'Maaf' Yang Tak Tersampaikan -->

Advertisement

Banner Iklan Sariksa

Kata 'Maaf' Yang Tak Tersampaikan

15 Des 2009

Aku dibuat pusing oleh sahabatku yang sekarang sedang berbicara tak jelas padaku. Padahal hari ini aku tak begitu Mod. “Ayolah Tania! Kita membuat sebuah permintaan yang didulis dikertas dan kita masukan kedalam sebuah kapsul kotak! Kumohon, aku ingin hanya kita berdua saja yang melakukanya. Bukankah, kamu juga mempunyai sebuah keinginan?”, Ucap Cilya sahabatku.“Cerewet banget, ah!!”, Teriakku kesal. “Sudah kubilang kan, aku gak mau melakukan yang seperti anak kecil itu, Cilya!! Dasar, Bodoh!!”, Teriakku dengan amarah yang begitu besar.Wajah Cilya yang tadi ceria, berubah drastis dengan wajah penuh tanya. Dia menatapku penuh dengan rasa khawatir dan wajah sedihnya pun mulai muncul.Aku hanya pergi meninggalkan CiLya sahabat baikku itu yang kini menjadi begitu menyebalkan. Aku kesal padanya. Memang aku mempunyai sebuah keinginan, tapi tidak usah sampai melakuakn itu, kan?! Menyebalkan!Seminggu pun berlalu, aku masih saling diam dan tak saling bicara dengan Cilya. Dalam hatiku mulai muncul rasa bersalah dan juga rasa sesal. Mengapa aku bertengkar dengan Cilya hanya karena masalah sepele?Dalam Bis sepulang sekolah, aku melihat Cilya dengan raut wajah yang sedih, sama dengan apa yang aku rasakan saat ini. Ingin kukatakan kata ‘maaf’_ku sekarang juga, tapi tidak jadi. Rasa bersalahku terlalu besar dan rasa sakit hati Cilya pun tidak bisa kututupi dengan kata maaf dariku sekalipun.Wajah Cilya yang polos dan penuh dengan senyuman itu kini berubah hanya karena kegoisanku. Lama berfikir, aku sudah bertekad mulai besok aku akan meminta maaf pada Cilya dan aku tidak peduli kata ‘maaf’_ku akan diterima atau tidak olehnya.Tapi, semuanya terlambat. Aku dikejutkan dengan bendera kuning yang dipajang didepan rumah Cilya. Apa yang terjadi? Aku melangkah pelan menuju rumahnya dengan hati tidak karuan. Aku kira orang tunya meninggal dunia, tapi justru Cilyalah yang sudah tiada. Tadi malam dia tertabrak mobil saat menyebrang jalan sepulang dari taman. Kata orang tuanya, dia pergi kesana untuk menulis sesuatu. Dengan sekejap, aku teringat dengan apa yang dikatakan Cilya tempo hari, dia ingin ‘mengubur sebuah permintaan didalam kapsul kotak’. Aku pun berlari menuju taman dengan air mata membasahi pipiku. Lalu, akupun melihat bekas galihan didekat pohon. Aku lekas menggali dan terus menggali, aku yakin Cilya pasti mengubur permintaanya disini. Kapsul kotak berwarna putih kusam kuambil dengan rasa gugup. Aku mulai membuka selembar kertas, kubaca, dan air mataku pun mulai mengalir kembali. Ternyata Cilya menulis, ‘Jika ada satu permintaan yang dapat dikabulakn, aku hanya meminta agar keinginan Tania terkabul’. Cuaca dipagi hari yang cerah kini berubah menjadi mendung, hujan pun turun dan rasa sesalku terus mengalir. Aku berdiri tegap dengan tangan terus menggenggam kertas itu, dan terus menatap upacara pemakaman Cilya yang kenapa dia pergi lebih dulu sebelum aku mengucapkan kata ‘maaf’ padanya, dan kenapa wajah terakhir Cilya yang aku lihat adalah wajah yang sedih. Mungkin kenangan pahit dan rasa sesalku ini akan terus aku ingat seumur hidupku. Namun, kenangan indah saat bersama Cilya akan selalu menjadi memory yang terindah dalam hidupku, selamanya.Tuhan, Jika ada satu pemintaan yang dapat dikabulkan, aku hanya meminta semoga dia diterima disisimu dan sampaikanlah sejuta kata maafku untuknya.