'Peluru' Tajam Biden Ke Trump Di Saat Peringati Setahun Capitol Diserbu -->

Advertisement

Banner Iklan Sariksa

'Peluru' Tajam Biden Ke Trump Di Saat Peringati Setahun Capitol Diserbu

7 Jan 2022

President Joe Biden speaks from Statuary Hall at the U.S. Capitol to mark the one year anniversary of the Jan. 6 riot at the U.S. Capitol by supporters loyal to then-President Donald Trump, Thursday, Jan. 6, 2022, in Washington. (Michael Reynolds/Pool via AP)
Joe Biden (Foto: Michael Reynolds/Pool via AP)

Jakarta -

Acara perayaan satu tahun Gedung Capitol diserbu dihiasi dengan pidato keras oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden. Lewat pidatonya, Biden seolah sedang menembakkan 'peluru' tajam ke arah mantan Presiden AS Donald Trump dan para pendukungnya.

Sejatinya, dalam pidato itu Biden tidak dengan jelas menyebut nama Donald Trump. Dia mengundang Trump dengan istilah mantan Presiden AS yang menghina demokrasi alasannya yakni tidak sanggup menemukan kekalahan Pilpres.

"Mantan Presiden Amerika Serikat ini sudah bikin dan berbagi jaring kebohongan soal pilpres 2020. Dia lebih menghargai kekuasaan atas prinsip," kata Biden di Statuary Hall, Gedung Capitol, Kamis (6/1) waktu setempat.

Biden Sebut Trump Penipu Egois

Dilansir dari AFP, Jumat (7/1/2022), tajamnya pidato Biden itu menyebut Trump selaku penipu yang egois. Sebab, Trump sampai sekarang Trump enggan mengaku kalah pada duel Pemilihan Presiden (pilpres) AS 2020 yang lalu.

Dengan lantang, Biden menyebut bahwa Trump sudah mencoreng sejarah demokrasi AS melalui pendukungnya yang memaksa masuk ke ruang sidang parlemen. Aksi itu disebut Biden selaku insiden pemberontakan bersenjata.

"Ini yakni pemberontakan bersenjata," ujar Biden dengan nada dramatis.

"Untuk pertama kali dalam sejarah kita, seorang Presiden tidak cuma kalah pemilu. Dia berusaha menangkal transfer kekuasaan secara damai," ucap Biden mengarah pada Trump.

Biden sebut Trump kolam mengacungkan belati ke leher demokrasi Amerika di halaman selanjutnya..

Trump Bak Menghunus Belati ke Leher Demokrasi AS

Penyerbuan Gedung Capitol oleh para penunjang Trump itu menurut Biden bagai sedang 'menghunus belati ke leher Amerika'. Alasannya, para penunjang Trump tiba dengan emosi dan amarah.

"Mereka tiba ke sini dengan amarah," tutur Biden.

Dalam pidatonya, Biden menjamin tidak akan ada seorang pun diizinkan memotong nadi demokrasi AS.

"Saya tidak akan membiarkan semua orang menempatkan belati ke tenggorokan demokrasi," tegas Biden.

Biden ke Trump: Mantan Presiden yang Kalah

Biden berkata, Trump 'hanya duduk di ruang makan privat di Ruang Oval Gedung Putih, menonton seluruhnya di televisi dan tidak melakukan apa-apa selama berjam-jam' di saat ribuan pendukungnya menyerbu Gedung Parlemen AS. Dia tegaskan, Trump tak lain cuma seorang mantan Presiden yang kalah.

"Dia mantan presiden yang kalah," kata Biden dengan nada emosional.

Dalam peluang itu pula, Biden terdengar sarat amarah di saat beliau memaparkan ancaman yang dihadapi AS. Dia berpendapat, bahwa tidak mudah menempatkan diri sejak usang menjadi pemimpin dunia yang bebas.

"Apakah kita akan menjadi negara yang menemukan kekerasan politik selaku norma?," tanya Biden.

Di segi lain, Trump setahun dewasa ini sudah menghabiskan waktu berbagi teori konspirasi soal kekalahannya dalam pilpres terhadap jutaan pendukungnya, dengan segera merespons Biden. Dia masih bersikeras menyebut bahwa Pilpres 2020 sarat kecurangan dan menyebut pidato Biden cuma selaku 'teater politik'.

"Jangan pernah lupakan kejahatan Pemilihan Presiden 2020. Jangan menyerah!" tegas Trump dalam pernyataan terbarunya.